Setiap orang memiliki kepribadian masing-masing dimana terkadang
ada yang berusaha maksimal untuk menampilkan yang terbaik di mata orang lain. Namun
ada juga beberapa kalangan yang memiliki kepribadian kebalikan. Seperti sosok
berikut, dimana siapa sangka dirinya merupakan sosok yang penting, namun malah
merakyat banget.
Siapa sangka, di sebuah rumah sederhana yang beralamatkan di
Southsea Portsmouth, Inggris ini tinggal sosok tak sembarangan.
Seorang pria yang kini berkulit lusuh sama seperti rakyat
biasa ini ternyata bukan orang sembarangan.
Pria bernama Jamshid bin Abdullah Al Said nama dari pria
berusia 56 tahun tersebut.
Meski kini ia tinggal di Inggris, ternyata ia adalah seorang
raja dari sebuah kerajaan.
Ia adalah Sultan dari sebuah kerajaan yang bernama Zanzibar.
Kerajaan yang berada di Samudra Hindia yang kini menjadi
bagian dari negara Tanzania.
Jamshid kini harus hidup seperti rakyat biasa di negara yang
jauh dari tanah kelahirannya.
Raja terakhir Zanzibar ini harus alami pengalaman buruk
hingga akhirnya terbuang dari kerajaannya.
Ia naik takhta pada Juli 1963 saat sang ayah sebagai raja
sebelumnya mangkat.
Dan pada akhir tahun kala itu, kerajaannya diberikan
kemerdekaan oleh Inggris sebagai sebuah negara.
Namun tak disangka, sebulan setelah resmi menjadi sebuah
negara yang merdeka, gejolak muncul di kerajaan tersebut.
Pergolakan yang dilakukan oleh rakyatnya membuat kerajaan
yang telah turun temurun dan takhtanya harus ia lepaskan dengan terpaksa.
Para pembangkang kerajaan kala itu sampai bisa menguasai
istana hingga membuat Jamshid beserta keluarganya harus mengungsi menggunakan
kapal pesiar ke Oman.
Sesampainya di daratan Oman kapal pesiarnya ditolak oleh
pemerintah setempat.
Selang beberapa tahun kemudian, tepat pada bulan Januari
1964 Jamshid akhirnya bisa sampai ke daratan Inggris tepatnya di Manchester.
Selama puluhan tahun, Jamshid harus membaur dengan rakyat
jelata di perantauan untuk menyembunyikan identitasnya sebagai seorang Sultan.
Melansir dari BBC, seorang wartawan asal
Inggris, Ned Donovan mengungkapkan bahwa ada indikasi pemerintahan Ratu
Elizabeth kini tengah berupaya mengembalikan kekuasaan Jamshid yang direnggut
pemberontak.
"Dan ketika Zanzibar dan Tanganyika bergabung untuk
mendirikan negara Tanzania, kemungkinan bagi Jamshid untuk kembali menjadi
sultan hilang sama sekali," kata Donovan.
Namun kabar gembira diterima Jamshid saat nasib malangnya
tersebut kini tengah diperhatikan oleh pemerintah Inggris.
Donovan mengatakan, pemerintah Inggris sebenarnya sudah
membahas rencana agar Jamshid bisa menghabiskan masa tuanya di salah satu
koloni Inggris.
Disepakati bahwa Inggris akan memberi dana 100.000 pounds
(setara dengan 2 juta pounds jika dihitung dengan nilai sekarang) begitu
Jamshid meninggalkan Inggris.
Mengutip dari The New York Times, kabar mengenai
dana hari tua untuk Jamshid yang malang itu memang benar adanya.
Tempat yang dianggap ideal bagi Jamshid untuk mengasingkan
diri adalah Oman.
Pada 1960-an, Oman diperintah oleh Said bin Taimur, yang
masih punya hubungan keluarga dengan Jamshid.
Zanzibar pernah menjadi bagian dari Oman mulai 1698 hingga
1890.
Pada 1890, Inggris menjadikan Zanzibar sebagai wilayah
protektorat dan dipisahkan dari Oman.
Said bin Taimur menolak usul ini karena ia "tidak ingin
ada dua sultan di waktu yang bersamaan" di Oman.
Jamshid sendiri, menurut Donovan, juga tidak setuju dengan
usul tersebut.
Tidak diketahui perkembangan selanjutnya, namun The
New York Times memberitakan bahwa pada Mei 1964 pemerintah Inggris
memberi Jamshid dana 100.000 pounds.
Akhirnya dengan dana yang diberikan oleh pemerintah Inggris,
Jamshid lebih memilih untuk menjadi rakyat biasa dan menghabiskan hari-harinya
untuk tinggal di sebuah rumah sederhana.
Ia lebih memilih untuk tinggal di sebuah kota kecil di
Southsea lebih dari 50 tahun ini.
"Ia tidak mau menonjolkan diri, ia tidak pernah berbicara
kepada wartawan ... seingat saya tak ada warga lokal yang tahu bahwa sultan
(terakhir) Zanzibar tinggal di sana (Southsea)," kata Donovan kepada
koran The Guardian.
Donovan mengatakan Jamshid menjalani kehidupan seperti
layaknya warga di Inggris lainnya seperti mengikuti ujian untuk mendapatkan
surat izin mengemudi.
Saudara dan anaknya-anaknya kemudian pindah ke Oman, namun
Jamshid harus bertahan di Inggris karena penguasa di Oman tak juga memberinya
izin untuk pindah karena alasan keamanan.
Salah seorang anggota keluarga Jamshid, kepada koran Timur
Tengah The National mengatakan, "Keinginannya untuk pensiun di Oman
dikabulkan oleh pemerintah dengan pertimbangan usianya yang sudah lanjut."
Namun semuanya berubah ketika pada pertengahan September
2020, penguasa Oman, Sultan Haitham bin Tariq, akhirnya memberi izin bagi
Jamshid untuk pindah dan menghabiskan masa tuanya di negara tersebut, setelah
56 tahun lamanya terasing di Inggris.
"Ia memang ingin bisa menghabiskan masa tuanya di tanah
leluhur, Oman," tambahnya.
Di usianya yang ke 91 tahun, kini Jamshid bisa kembali ke
tanah leluhurnya di Oman untuk menghabiskan masa-masa tuanya.