Dalam temu Internasional memang tidaklah mudah, dikarenakan
selain pandai berbahasa dan berbicara, kalian juga harus dengan berani dan
tegas membela kebenaran atau menyangkal beberapa hal yang salah dalam acara tersebut.
Dikarenakan kalau hal semacam itu terus dibiarkan, maka
Negara kalian sendiri yang akan mengalami dampaknya. Dan sosok berikut beberapa
waktu terakhir menjadi perbincangan di sosial media karena keberanian dan
semangat juangnya yang luar biasa.
Diplomat perwakilan Indonesia, Silvany Austin Pasaribu,
melontarkan jawaban tegas kepada Perdana Menteri Vanuatu Bob Loughman yang
mengungkit masalah Papua. Berkat ketegasannya itu, Silvany menjadi perbincangan
di media sosial.
Dikutip dari situs Kemlu.go.id, Silvany kini menjabat
Sekretaris Kedua untuk Urusan Ekonomi I untuk Perutusan Tetap RI di PBB, New
York, AS. Silvany pernah menjadi Atase Kedutaan RI di Inggris.
Sebelum berkarir sebagai diplomat, Silvany menempuh
pendidikan S1 di Jurusan Hubungan Internasional FISIP Universitas Padjajaran,
Bandung. Setelah lulus, Silvany kemudian mulai bekerja di Kementerian Luar
Negeri (Kemlu) dan sempat menempuh pendidikan S2 di Universitas Sydney,
Australia.
Sebelumnya, diberitakan bahwa Silvany sebagai wakil
Indonesia di PBB membantah isu pelanggaran HAM yang diangkat oleh Vanuatu.
Indonesia memakai hak jawabnya.
"Saya bingung, bagaimana bisa sebuah negara berusaha
mengajarkan negara lain, tapi tidak mengindahkan dan memahami keseluruhan
prinsip fundamental Piagam PBB," kata Diplomat perwakilan Indonesia,
Silvany Austin Pasaribu dalam pidatonya di akun YouTube PBB, Minggu
(27/9/2020).
Silvany kemudian mengatakan bahwa tuduhan Vanuatu itu hal
yang memalukan. Vanuatu, menurutnya, terlalu ikut campur dengan urusan
Indonesia.
"Ini memalukan, bahwa suatu negara terus memiliki
obsesi tidak sehat yang berlebihan tentang bagaimana seharusnya Indonesia
bertindak atau memerintah sendiri," ujarnya tegas.
Silvany juga meminta Vanuatu menjalankan terlebih dahulu apa yang tercantum dalam Piagam PBB. "Sebelum hal itu dilakukan, tolong jangan menceramahi negara lain," ungkap Silvany.