6J2ltANIvHg90BMqkYINyuFLQgimMLFexOSJZtDW

Ramai Tongkrongan Anak Muda di Surabaya, Ribuan Orang Terpapar COVID-19



Berbagai tenaga kesehatan dan juga pemerintah sudah berjuang dengan keras untuk memberantas permasalahan COVID-19 yang menyerang di Indonesia ataupun Negara lain. Akan tetapi karena banyaknya orang menjadikan petugas cukup kewalahan dalam menata mereka.

Belum lagi mereka yang ngomel-ngomel dan tidak menaati segala peraturan yang ada, menjadikan orang lain lebih rentan terpapar virus berikut. Seperti yang terjadi di Surabaya ini misalnya.

Razia pelanggar protokol kesehatan di tempat-tempat umum yang menjadi tongkrongan khususnya muda-mudi di Surabaya gencar dilakukan. Namun razia tersebut belum membuat efek jera.

Terbukti masih banyak warga yang nekat nongkrong di tengah malam. Bahkan penjual makanan dan minuman tetap buka dan beraktivitas seperti biasa, meski ada razia gencar dilakukan terhadap pengunjung.

Seperti dilihat di sepanjang Jalan Kertomenanggal. Hampir setiap malam selalu ramai warga yang ingin berburu kuliner, pakaian atau hanya sekedar nongkrong di warung kopi pinggir rel kereta api (KA).

Tak hanya itu, di kawasan Masjid Al Akbar Surabaya, hampir setiap malam juga dipenuhi pedagang dan penyedia hiburan bagi anak-anak. Hal itu tentu menjadi daya tarik warga dan menjadikan kerumunan.

Alasan warga juga bermacam-macam saat menghabiskan setiap malam di tempat-tempat tersebut. Namun yang pasti mereka mengaku jenuh saat berada di rumah apalagi seusai bekerja.

Saat ditanya apakah tidak khawatir tertular COVID-19 saat nongkrong dan berkerumun dengan banyak orang? Rata-rata warga mengaku tidak takut. Untuk itu mereka tetap saja nekat keluar dan nongkrong hingga larut malam.

"Nggak, nggak takut tertular. Kita pasrah menjalani hidup saja," ujar Ivan (24), saat ditemui detikcom di kawasan warung kopi pinggir rel KA Kertomenanggal, Senin (21/9/2020).

Mereka juga mengaku tak takut jika terkena razia dari Satgas COVID-19. Sebab mereka sudah memakai masker dan membawa hand sanitizer.

"Ndak, ndak takut juga. Kita pakai masker dan hand sanit. Kalau kena ya dihukum ndak apa, paling ya push up dan nyanyi," tutur Ivan.

Lain lagi bagi Kiki (30), pengunjung di kawasan Masjid Al Akbar itu mengaku tetap keluar dan nongkrong karena jenuh di rumah. Untuk itu, dia sekaligus mengajak anak-anaknya juga bermain di sana.

"Ya kasihan anak-anak juga kalau di rumah terus. Ini juga saya ingin tahu Taman Asmaul Husna sekalian jajan di sini," ujar Kiki.

Rendahnya kesadaran warga khususnya muda-mudi ini kemudian membawa dampak yang tinggi. Wali Kota Tri Rismaharini bahkan menyebut kelompok anak muda ini rentan tertular COVID-19 dengan indikasi tanpa gejala.

Sebelumnya Pemkot Surabaya mendata kasus COVID-19 banyak ditemukan mulai kelompok usia remaja. Rata-rata mereka berusia antara 15 hingga 34 tahun. Penularan COVID-19 terhadap generasi muda itu diduga karena kebiasaan nongkrong.

Dari data Dinkes Surabaya per 14 September 2020, ada 3.879 kasus pada usia muda yang positif COVID-19. Bahkan angka itu menyumbang 29,36 persen dari total komulatif terkonfirmasi 13.208.

"Sebetulnya aku ngingatkan anak muda ini karena fisiknya kuat. Ketika dia pulang ke rumah kan bisa nulari ibunya, neneknya, kan jadi bahaya. Jadi saya minta mereka agar berhati-hati. Mungkin dia OTG, tapi bisa nulari yang lain," kata Risma, Jumat (18/9/2020).

Related Posts

Related Posts

Post a Comment