Setiap umat muslim pada umumnya ingin pergi ke tanah suci,
bukan dirinya terlebih dahulu, selama masih ada orang tuanya maka mereka akan
diberangkatkan lebih awal. Walaupun demikian, banyak yang mengusahakan berangkat
bersama agar bisa mendampingi dan tetap mengawasi.
Tidak berasal dari kalangan orang mampu saja, melainkan
beberapa kalangan yang terlihat biasa saja, malahan bisa mendaftarkan naik haji
orang tua bahkan dirinya. Seperti pengamen berikut.
Pergi ke Tanah Suci untuk menunaikan ibadah haji merupakan
impian bagi setiap orang beragama Islam.
Salah satunya adalah Slamet Effendy (30), warga Desa
Kerpangan, Kecamatan Leces, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur.
Meski berasal dari keluarga kurang mampu, namun cita-citanya
untuk dapat pergi haji bersama orangtuanya begitu besar.
Demi mewujudkan impiannya itu, pria yang berprofesi sebagai
pengamen jalanan itu rela menyisihkan uang yang didapat untuk ditabung.
Tak banyak uang yang disisihkan, dalam sehari, Slamet hanya
bisa menabung antara Rp 20.000 hingga Rp 25.000.
Namun, berkat kesabaran yang dilakukan itu kini uang yang
terkumpul sudah bisa digunakan untuk mendaftarkan haji bersama ibunya.
"Saya nabung 10 tahun, pak. Tiap hari nabung ke ibu Rp
20.000-25.000. Tabungannya disimpan ibu. Kalau sudah banyak, uang recehan
ditukar ke toko. Oleh ibu disimpan di tas kresek dan disimpan di rumah sampai
banyak," kata Slamet, dengan bahasa Madura, saat dihubungi Kompas.com,
melalui ponsel milik tetangganya, Yuyun Wahyuni, Sabtu (5/9/2020).
Slamet mendaftar haji pada Kamis (3/9/2020) dengan biaya
sebesar Rp 25 juta.
Sedangkan ibunya, sudah didaftarkan terlebih dulu pada 2018
lalu.
Ia mengaku bersyukur karena impiannya sejak kecil akhirnya
dapat terwujud dengan ikhtiar yang dilakukan.
"Saya ingin berangkat haji sama ibu. Semoga pihak
terkait bisa bantu saya," harap Slamet.
Ngamen dari pagi sampai malam
Slamet selama ini diketahui hanya tinggal berdua dengan ibu
kandungnya.
Karena tidak ada biaya dan ditinggal ayahnya meninggal
dunia, sejak Sekolah Dasar ia sudah putus sekolah.
Meski kondisi ekonomi keluarganya sangat terbatas, ia tetap
berusaha untuk membantu ibunya dalam mencari nafkah. Salah satunya dengan
menjadi pengamen.
Setiap hari, ia pergi mengamen di pintu tol keluar
Leces Pasuruan-Probolinggo.
Ia berangkat dari pagi hingga malam hari. Meski hasil uang
yang didapat tidak menentu, namun sebisa mungkin setiap hari ia sisihkan
sebagian untuk ditabung.
Sedangkan sisanya jika masih ada digunakan untuk membantu
memenuhi kebutuhan keluarga.
Menurut Yuyun tetangganya, Slamet pergi mengamen dari
pagi hingga malam hari.
"Dia ngamen dari pagi sampai jam 10 malam, pulang cuma
makan lalu berangkat ngamen lagi," ujar Yuyun via telepon.
Saat mendaftar haji itu, Yuyun juga yang mengantarkan Slamet
di Kantor Kemenag. Pasalnya, Slamet tidak bisa baca dan menulis.
Yuyun mengaku kagum dengan kegigihan Slamet. Karena dengan
keterbatasan yang dimiliki, akhirnya ia berhasil mewujudkan impiannya.