Dalam beberapa hal memang Indonesia tidak ketinggalan dengan
dunia, dimana seperti masalah kreatifitas dalam membangun rumah. Dimana ada
beberapa orang yang bisa lebih kreatif dalam menciptakan.
Seperti rumah satu ini, dimana meski berada di gang sempit,
namun bentuknya unik hingga menyita perhatian di Dunia.
Selain rumah di gang sempit Cipulir, rumah mungil di Tebet
yang bernama Splow House juga pernah mendapatkan penghargaan dunia. CEO
Delution Muhammad Egha menjelaskan rumah ini mengusung konsep split house.
Dia menjelaskan konsep tersebut adalah penerapan gaya
mezanine dalam rumah yang bertingkat, dia menyebutnya sebagai multi mezanine.
Dia menjelaskan rumah ini menggunakan sebutan tiap tingkat
lantai menjadi setengah. Setidaknya ada 5 tingkat yang digunakan, mulai dari
lantai setengah hingga lantai 2,5.
"Split jadi konsepnya, jadi ini seperti gaya mezanine,
ada lantai setengah. Totalnya ada 5 lantai, tiap lantai dihitung setengah,
mulai dari lantai setengah sampai 2,5. Jadi kita mau dapatkan banyak ruangan di
tengah lahan yang sempit, cuma 90 meter," ungkap Egha kepada detikcom,
Minggu (27/9/2020).
Kalau kemarin saya baca review orang luar, bilangnya ini
konsep multi mezanine split," ujarnya.
Selain itu dia juga mengatakan pihaknya mendesain rumah
dengan sebuah void utama, alias ruang kosong terbuka yang terletak di
tengah-tengah konstruksi antara tingkat lantai.
Egha menyebutkan void ini mampu menjadi tempat sirkulasi
udara dan cahaya, selain itu membuat rumah menjadi kelihatan luas karena
bentuknya terbuka. Fungsi lainnya bisa juga menjadi sarana komunikasi antar
tingkat lantai.
"Kita bikin void tengahnya itu besar, itu jadi sumber
cahaya, sumber udara. Bisa juga jadi sarana komunikasi antar lantai, karena ini
bentuknya setiap lantai kayak ada balkon gitu. Prinsipnya sama, ada bukaan jadi
nggak kelihatan sempit," ungkap Egha.
Dia menceritakan, konsep ini dipilih untuk mengakali
permintaan kliennya yang mau membuat rumah murah dengan banyak ruangan di lahan
yang sempit. Untuk mengakali permintaan banyak ruangan, maka dari itu dipilih
konsep split house.
"Jadi kan kita ini desain keluar dari masalah klien,
klien kita mau rumahnya punya banyak ruangan tapi ini sempit lahannya. Makanya
kita buat lah konsep split, kalau cuma jadi dua tingkat mungkin nggak bisa
banyak ruangannnya," ungkap Egha.
Masalah selanjutnya adalah, soal budget yang minim. Dia
mengatakan rumah ini juga memanfaatkan konsep rumah tumbuh yang membuat budget
menjadi minim. Konsep ini membuat rumah dibangun secara bertahap.
Egha mengungkapkan total biaya yang dibutuhkan untuk
membangun Splow House secara total sebesar Rp 750 juta. Di tahap awal klien
cuma membayar Rp 600 juta.
"Jadi untuk permasalahan budget kita gunakan konsep
rumah tumbuh juga kayak The Twins. Makanya namanya splow, split and grow
singkatannya. Jadi ini kita bangun semua dulu, nah di tiap lantai ini ada
ruangan yang belum jadi, ditahan penyelesaiannya kalau ada uang lagi,"
kata Egha.
"Nah uniknya, biarpun ini rumah tumbuh, bagian yang
belum selesainya ini nggak kelihatan karena dia ruangan-ruangan di atas,"
ujarnya.
Splow House berhasil mendapatkan penghargaan sebagai rumah
kecil terbaik pilihan masyarakat di Artichizer Award dari New York.