6J2ltANIvHg90BMqkYINyuFLQgimMLFexOSJZtDW

Kisah Milenial yang Malah Pilih Jadi Petani, Mengaku Sekarang Hidupnya Lebih Bermakna



Indonesia pada dasarnya menjad wilayah yang bisa diandalkan untuk bercocok tanam, dikarenakan tanahnya yang subur menjadikan seseorang bisa dengan mudah untuk melakukannya. Beberapa diantaranya ada yang memanfaatkan sebagai hiasan, ataupun ada juga yang ditujukan sebagai kebutuhakn pokok.

Akan tetapi, pertanian bukan bidang yang banyak diminati bagi para generasi milenial saat ini. Padahal pertanian merupakan sektor yang sangat penting bagi negara kita.

Banyangkan, jika tanpa pengelolaan pertanian yang benar, mungkin kita bisa menjadi negara kelaparan. Dengan potensi tanah dan kesuburan yang kita miliki, Indonesia berpotensi menjadi pemain utama pangan dunia bukan hanya Asia.

Pemerintah sudah melakukan banyak program agar ketahanan pangan kita semakin baik. Lalu bagaimana dengan Kita? Siapkah kita menjadikan Indonesia sebagai pemain utama pangan dunia.

Kisah Dipa seorang warganet twitter dengan akun @tanikelana yang memilih untuk menggeluti dunia pertanian patut dijadikan teladan bagi kaum muda, terlebih ia merupakan sarjana lulusan perguruan tinggi.

Dipa mulai tertarik di dunia pertanian berawal dari komunitas yang ia ikuti semasa kuliah dulu.



Didasari kecintaanya dengan alam yang kian waktu semakin 'memburuk', ia pun semakin meyakini untuk bercita-cita menjadi seorang petani.

"Di situ aku makin yakin, cita-citaku adalah jadi seorang petani. Namun gimana buat mulainya? awalnya pun aku mikir kaya orang lain, cari kerja dulu, nabung, dan kalau udah cukup kaya, beli lahan di desa dan jadi petani. Terus kepikiran, kalau aku mati muda? Dan ternyata karena krisis iklim, sepuluh tahun lagi bumi ga seindah sekarang," tulis Dipa dalam cuitannya di twitter.

Setelah lulus kuliah, Dipa memantapkan cita-citanya. Ia memberanikan diri untuk bicara dengan keluarganya. Beruntung keluarga Dipa mendukung segala keputusannya.

"Di sana aku minjem sedikit uang ke keluargaku buat modal, sisanya aku jual buku-buku yg dikumpulin selama kuliah," tulisnya.

Ia memulai semuanya dengan mencari lahan. Meskipun awalnya sangat sulit, Dipa akhirnya berhasil mendapatkan lahan kosong seluas 450 meter yang siap dia garap.

"Nah gimana bisa dapet lahan? Awalnya aku cari-cari informasi di sosmed, tanya keluarga, sempet juga ke kantor desa meski berakhir tanpa respon apapun. Lalu waktu aku mau beli larva buat ngolah sampah organik, ketemu temen yg nyambung, di situ ditemuin lagi dengan temen lain yang lagi garap lahan. Akhirnya setelah obrolan singkat di waktu senja, aku langsung diajak buat garap lahan kosong seluas 450-an meter," tambahnya.



Ia memulainya dengan menanam tanaman kangkung dan bayam."Lalu mulai tanam kangkung dan bayam. Dan di pertanian ternyata banyak faktor yang sulit diperhitungkan. Fluktuasi harga, iklim, hama, dan penyakit. Di situ kamu bakal bener-bener belajar pentingnya sabar dan tekun," tulis Dipa.

"Setelah tiga-empat minggu, kangkungnya dah pada besar. Di situ aku jualin sebagian ke tukang sayur, tiap hari berangkat jam 6, panen kangkung terus keliling ke beberapa tukang sayur. Hasilnya cukup lumayan buat sehari-hari," tambahnya.

Ia pun melanjutkan cuitannya dengan mengakui bahwa dengan bertani, selain mendapat keuntungan ia bisa hidup tenang dan bahagia.

"Aku sendiri benar-benar bertani baru sekitar empat bulan, dan sejak aku mulai bertani rasanya hidup bener-bener tenang dan bahagia banget! Rasanya kaya bener-bener merdeka, hidup ga cuma buat ngumpulin uang, bisa terus saling berbagi lewat hasil tani, dan semakin sadar bahwa sepenuhnya kita bergantung pada alam yg sayangnya terus kita rusak," cuitnya.


Related Posts

Related Posts

Post a Comment