Nasib pilu dialami Nenek Rosmawati Tamba (60), di Jalan Tambun Timur, Kelurahan Tambun Nabolon, Kecamatan Siantar Martoba, Sumatera Utara.
Di usia senjanya, ia masih harus merasakan susahnya berjuang untuk hidup.
Impian Rosmawati bisa berkumpul bersama anak dan cucu di hari tua, tak bisa ia rasakan.
Nenek Rosmawati kini tinggal sendirian di sebuah rumah gubuk reyot terbuat dari papan yang sudah tak layak huni.
Dilansir TribunJakarta dari Kompas.com (18/8/2020), Rosmawati selama ini hanya bisa terbaring di tempat tidur papan di rumahnya.
Ia juga menggunakan alat bantu untuk berjalan, karena kakinya nyaris mengalami kelumpuhan.
Tak banyak yang diinginkan Rosmawati di masa tuanya.
Ia hanya berharap kesembuhan pada kakinya, sehingga bisa berjalan dan bekerja seperti sedia kala.
"Ini sudah mendingan, karena sudah disuntik. Saya ingin kaki ini aja sembuh, biar bisa kerja," ujar Rosmawati.
Kerap Banjir dan Tak Ada Air Bersih
Rumah reyot yang dihuni Nenek Rosmawati merupakan bekas peninggalan rumah orangtuanya dulu.
Rumah itu kini sudah tidak terpasang instalasi air bersih oleh PDAM.
Untuk memenuhi kebutuhan air bersih sehari-hari, Nenek Rosmawati mengaku terpaksa menampung air hujan.
Terkadang ia terpaksa berpangku tangan dari belas kasihan tetangga, karena ia kesulitan berjalan.
Tak hanya itu, ketika hujan deras rumah Nenek Rosmawati juga kerap diterjang genangan air yang masuk hingga ke dalam rumah.
"Banjir kalau hujan. Kalau air masuk saya hanya bisa diam sambil tidur. Karena kaki saya sakit, syukur tempat tidur saya ini tinggi," kata Ibu yang mengaku sudah lama ditinggal suaminya ini.
Tak pernah Dijenguk Anak
Kondisi sakit pada kakinya, membuat Rosmawati kehilangan kesempatan bekerja.
Bahkan rumah yang ia tempati tak terurus.
Halaman rumahnya pun ditumbuhi semak belukar.
Lain lagi kondisi rumah yang ia tempati sudah tak layak huni.
Dinding papan lapuk dan atapnya bocor.
Rosmawati mengaku, bila hujan turun air merembes ke dalam rumah.
Beruntung tempat tidurnya sedikit tinggi membuat ia tidak terendam air.
Rosmawati mengaku memiliki 7 anak dari perkawinannya.
Setelah besar, ketujuh anaknya pergi merantau ke luar kota dan hingga kini tak pernah lagi kembali.
"Puluhan tahun, sejak orang tua meninggal dan anak-anak tumbuh besar, saya di sini sendirian."
"Anak ada tujuh, di luar kota semua. Tapi nggak pernah ke rumah ini lagi. Rumah ini pun warisan keluarga," ungkap Rosmawati, saat dikunjungi Petugas Dinsos P3Al Kota Pematangsiantar.
Rosmawati Tamba (60) saat dikunjungi Petugas Dinsos P3A Pematangsiantar, Selasa (18/8/2020) di kediamannya Jalan Tambun Timur, Kota Pematangsiantar. (KOMPAS.com/Teguh Pribadi) (Tangkapan Layar Kompas.com)
Sementara itu, Kepala Bidang Sosial, Dinsos P3A Pematangsiantar, Risbon Sinaga, menuturkan pihaknya tengah membantu pengurusan administrasi kependudukan Rosmawati dan mengurus BPJS Kesehatan.
"Kebetulan kita mendapat informasi dari Relawan. Ada seorang ibu yang hidup sebatang kara."
"Pertama kita langsung berkunjung kesini, ini kunjungan kedua," kata Risbon, di kediamanan Rosmawati.
Pada kesempatan itu, Rosmawati juga menerima bantuan bantuan berupa obat obatan, selimut, sembako dan uang tunai dari organisasi marga Sinaga di Siantar-Simalungun.(*)
Artikel ini telah tayang di Tribunjakarta.com dengan judul Nasib Pilu Rosmawati Hidup Sendiri di Gubuk Reyot, Tak Pernah Dijenguk Anak dan Kaki Nyaris Lumpuh.