SATU demi satu artis tanah air mengungkapkan dukungan terhadap musisi pentolan band Superman Is Dead (SID) Jerinx, yang saat ini ditahan di Mapolda Bali.
Kali ini datang dari presenter dan komika, Kemal Palevi yang ikut mengunggah tagar #bebaskanjrxsid, #sayabersamajrx.
Kemal menyoroti ancaman hukuman 6 tahun penjara yang bakal diterima Jerinx dalam perkara UU ITE karena laporan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) yang tak terima disebut Kacung WHO.
Dia membandingkan kasus penyiram air keras terhadap Novel Baswedan yang hanya menerima 1 tahun penjara. “Ketika yang nyiram air keras cuma setahun, yang beropini dan mengkritik enam tahun. Pencemaran nama baik katanya. Hmmm. “Jika opini masuk bui, maka demokrasi hanya narasi”,” sindirnya lewat unggahan Instagramnya.
Banyak netizen yang tak sepakat dengan Kemal, karena menilai Jerinx mengkritik sering kali dengan kalimat kasar. Soal ini Kemal juga memahami, namun tak sepatutnya harus dibawa ke ranah hukum.
“Gue enggak setuju bebasin jerinx. Dia menghina semua doktor dan pekerja medis. Kritik sama menghina jauh banget bro. Tapi kalau disambungin sama penyiraman Pak Novel. Nah itu beds mentok dan itu juga gue enggak setuju kasusnya. Harusnya lebih hukumannya. Tapi emang Indonesia masi enggak jelas kadang kadang :),” komen salah satu netizen @ritz13.
Kemal pun membalasnya bahwa Jerinx hanya manusia biasa yang meluapkan kekesalannya, cuma caranya saja terlalu keras.
“Yapp. gue akui sih, bli Jerinx kepleset soal ini. Menyerang institusi, yang harusnya kita support. Bli Jerinx kelewatan. Tapi bli Jerinx hanya seorang manusia yang mengungkapkan kekesalan dia aja sih sebenarnya. Cuma keras. Makanya, gue enggak srek sama hukumannya. Ada komen menarik dari netizen, yang mungkin agak sedikit nyambung sama konteks ini. “Demokrasi kok baperan”,” jelasnya.
Kemal mengkhawatirkan jika banyak kasus yang dikritik langsung main lapor, maka kebebasan berpendapatakan makin dibatasi.
“Tapi kalau kelewatan sih wajar aja ya baper. Cuma yang begini-begini udah keseringan, yang ngebungkam-ngebungkam gini. Jadi gue cuma takut makin ke sini, kebebasan berpendapat makin dibatasi,” pungkasnya.