
Seorang ibu memang tidak bisa dibuat main-main, dikarenakan beliau yang telah melahirkan kalian ke dunia, sehingga ikatannya sangat erat. Jangan sampai kalian durhaka kepada seorang ibu, selama masih berada dalam kebenaran.
Kerap kali dalam sebuah pernikahan muncul riak-riak antara mertua dan menantu perempuannya. Jika sang anak tidak bijaksana, niscaya ia akan menyakiti salah satunya.
Maka, penting bagi seorang lelaki untuk memilih istri yang dapat membantunya untuk terus taat dan berbakti kepada orang tuanya. Karena salah memilih istri bisa membuat seorang lelaki terjerumus pada lumpur dosa yang menyebabkan penderitaan dunia akhirat.
Kisah berikut disarikan dari ceramah KH. Zubairi Rahman, Pengasuh Program Keluarga Sakinah – Suara Giri FM, semoga menjadi pelajaran bagi kita semua.
Sebut saja, lelaki ini bernama Karta. Ia memiliki seorang istri cantik yang sangat dicintainya. Setelah menikah, mereka tinggal bersama orang tua karta satu-satunya, sang ibu.
Namun, istrinya ini tak menyukai perhatian Karta yang dianggapnya terlalu berlebihan pada sang ibu. Maka, istrinya ini mulai 'mencuci otak' Karta untuk menjauhkannya dari sang ibu.
Sang ibu yang semula adalah ratu berubah menjadi pembantu. Ibunya yang membersihkan rumah, memasak, dan semua urusan rumah tangga. Jika sang ibu lelah ia harus pergi ke rumah tetangga agar bisa beristirahat, karena istri Karta akan memarahinya jika melihatnya bersantai.
Sayangnya Karta, selalu membela sang istri. Maka hubungan ibu anak itu pun makin jauh merenggang dari hari ke hari.

Suatu malam, istri Karta merajuk, ia mengaku tak lagi betah tinggal bersama mertuanya. Malam itu juga ia meminta Karta memutuskan, menyuruh sang ibu pergi atau ia yang akan angkat kaki.
Permintaan istri yang sangat dicintainya itu membuat Karta galau, ia sangat takut kehilangan sang istri namun juga tak tega mengusir ibunya. Namun, istrinya tak lagi bisa dibujuk, Karta pun akhirnya luluh. Ia memilih mendatangi kamar sang ibu dan memintanya pergi saat itu juga.

Berdalih demi keutuhan rumah tangganya, Karta mengabaikan tangisan sang ibu. Bahkan ketika sang ibu memohon sambil menangis, “Kamu tega, Karta! kalaupun kamu mengusir ibu, tunggulah besok pagi. Tengah malam begini, ibu harus ke mana?”
Karta hanya diam membeku. Sang ibu pun mengambil tasnya dan memasukkan beberapa pakaian. Dengan air mata di pipinya, wanita tua itu keluar dari rumah sang anak yang telah dibesarkannya dengan penuh kasih sayang.
Dalam gelap, ia melangkah linglung, hatinya sakit dengan apa yang dialaminya. Saat itu ia menengadahkan tangan “Ya Allah, hatiku sakit atas perlakuan ini. Anakku sendiri mengusirku, padahal aku yang mengandung, melahirkan, menyusui dan membesarkannya. Ya Allah, aku tidak ridho padanya. Aku haramkan seluruh air susu yang diminumnya sejak bayi hingga membentuknya seperti saat ini!”

Keesokan harinya, Karta bangun dengan rasa sakit di sekujur tubuhnya. Rasa gatal mulai menyebar di seluruh kulitnya. Makin lama kulitnya melepuh dan mengeluarkan bau nanah yang menyengat.
Meski sudah mengusahakan beragam pengobatan, kondisinya tak jua membaik. Karta pun teringat ibunya. Ia menyadari, sakitnya ini adalah karena telah menyakiti ibunya. Namun, penyesalan memang selalu datang terlambat.
Ia menyuruh seorang anak buahnya untuk mencari sang ibu. Meski berhasil menemukan sang ibu, pesuruh Karta gagal membujuknya untuk datang menemui Karta.
Karta pun akhirnya meninggal dunia dengan tubuh yang mengeluarkan bau busuk menyengat. Hampir saja, tak ada yag sanggup memandikan jenazahnya.
Saat meninggalnya Karta berbarengan dengan seorang warga di daerah mereka. Maka dua galian kubur pun disiapkan. Saat Karta selesai dimakamkan, keributan terjadi. Rupanya Karta dikuburkan di galian yang salah.
Keluarga mayit satunya tak mau bertukar tempat, karena pesan si mayit adalah dikuburkan dekat dengan makam keluarganya. Mereka memaksa agar mayat Karta dipindahkan kuburnya.

Akhirnya makam Karta pun digali kembali untuk dipindahkan. Namun, saat makamnya dibongkar, warga serentak beristighfar. Kain kafan yang membungkus tubuh Karta telah beubah warna coklat keabu-abuan. Dan begitu dibuka, ternyata Jenazah Karta seperti hangus terbakar.
Astaghfirullah!
Demikian dahsyatnya azab bagi anak yang durhaka kepada ibunya. Semoga menjadi pelajaran bagi kita yang membaca kisahnya ini.

Sumber Referensi:
renunganislam.com/2016/02/tragis-beginilah-azab-bagi-seorang-anak-yang-durhaka-pada-ibunya.html