
Terkadang kita yang sudah bertempat tinggal di area yang nyaman sekalipun masih tetap merasakan serba kekurangan. Hal ini wajar, karena memang itu menjadi sifat dasar manusia.
Akan tetapi jangan lama-lama merasa demikian, segeralah mengingat orang yang tentunya lebih susah daripada kalian. Dengan begitu bisa sedikit bersyukur atas rezeki yang sudah diberikan. Dan kisah berikut mungkin bisa dijadikan sebagai inspirasi.
Hadi, nenek berusia 70 tahun memilih tinggal di sebuah gubuk reyot tak layak huni di Maros, Sulawesi Selatan. Begini potretnya.
Karena tidak ingin menyusahkan keluarganya, Hadi, seorang nenek yang diperkirakan telah berusia 70 tahun ini memilih tinggal di sebuah gubuk reyot tak layak huni di sebuah tempat terpencil perbatasan antara desa Tunikamasea dan Kelurahan Leang-Leang, Kecamatan Bantimurung, Maros, Sulawesi Selatan.

Sudah lebih dua tahun, nenek malang ini tinggal di dalam gubuk tua berukuran 3x4 meter yang dulunya menjadi tempat penyimpanan makanan ternak warga yang tidak terpakai lagi. Mulai dari dinding hingga lantai yang terbuat dari bambu, pun sudah banyak yang rapuh dan patah termakan rayap.

Meski usianya sudah renta, Hadi tetap mencoba hidup mandiri dengan bercocok tanam. Hasilnya ia jual untuk kebutuhan sehari-hari seperti membeli lauk pauk. Hanya saja, sudah beberapa bulan ini tidak bisa lagi banyak bergerak karena merasakan sakit saat mencoba untuk berdiri saja dan berjalan.

Nenek malang ini memang semasa hidupnya tidak pernah bersuami hingga tidak memiliki keturunan. Keluarga terdekatnya saat ini hanya keponakannya yang rumahnya berjarak sekitar 500 meter dari gubuknya. Meski sering diajak untuk tinggal bersama, Hadi kekeh digubuknya itu.

Ironisnya, meski sudah hidup dalam kemiskinan selama bertahun-tahun. Nenek malang ini justru tidak pernah tercatat sebagai penerima program bantuan berkala dari pemerintah. Bahkan bantuan untuk warga miskin di masa pandemi ini juga tidak didapatkannya.