
Jika kita melihat dunia dalam wilayah yang lebih luas lagi, tentu akan menemukan orang-orang yang masih memerlukan bantuan dari orang mampu seperti kita. Dikarenakan mereka untuk makan saja sudah kesusahan, sehingga terpaksa harus hidup seadanya saja. Termasuk seorang kakek berikut.
Warga dan relawan melakukan penggalangan dana untuk membuatkan rumah bagi Mbah Tarso dan istri yang selama ini tinggal di gubuk berbahan karung di Purwokerto, Banyumas. Sesekali terlihat genangan air mata haru Mbah Tarso melihat ketulusan warga.
Pembangunan rumah semi permanen untuk Mbah Tarso mulai dilakukan. Rumah di Kelurahan Kedungwuluh, Kecamatan Purwokerto Barat tersebut nantinya hanya untuk sementara sebelum mendapatkan tanah untuk tempat tinggal Mbah Tarso selamanya.
"Sementara kita buat kan rumah dulu di sini semi permanen dan nanti syukur belum satu tahun sudah dapat tanah lagi, nanti bisa kita pindahkan kesana," kata Muvik, Ketua Forum Lintas Komunitas Kabupaten Banyumas saat berbincang dengan detikcom, Sabtu (11/7/2020).
Hal tersebut dilakukan karena tanah yang saat ini ditinggali oleh Mbah Tarso merupakan milik orang lain. "Sudah koordinasi dengan pemilik tanah, penggalangan dana ini sisa, (ke depannya) kita akan carikan tanah juga. Kita bareng-bareng untuk belikan tanah," ucapnya.
Rencananya, rumah semi permanen berukuran 3,5 x 4,5 meter sebagai rumah inti dan ditambah dapur yang berukuran 1,5 x 3,5 meter ditargetkan selesai pada Minggu (12/7).
Lalu bagaimana respons Mbah Tarso? "Bingung dan terharu sekali saya, sampai meneteskan air mata," kata Mbah Tarso saat berbincang dengan detikcom, Sabtu (11/7/2020).
Mbah Tarso pun mengucapkan banyak terima kasih pada seluruh orang yang terlibat dalam penggalangan dana. "Mengucapkan banyak terima kasih sekali, ridho Allah-lah. Terima kasih keseluruhan termasuk yang mengunjungi ke sini, membantu material maupun non-material," ujarnya.
Sebelumnya Mbah Tarso dan istri terpaksa hidup serba dalam keterbatasan. Untuk makan sehari-hari, biasanya mereka hanya mengandalkan alat pancing guna memancing belut di Sungai Banjaran yang tepat berada di samping gubuk mereka.
Keduanya tiggal di gubuk berukuran 2x3 meter dan tinggi 1 meter yang terbuat dari karung serta plastik beralaskan spanduk bekas. Kayu bakar menjadi andalan mereka untuk memasak, sedangkan untuk mandi menjadi satu di gubuknya tersebut.