
Tidak perduli umur, karena ilmu akan terus berkembang dan setiap orang harus selalu mempelajari meski termakan usia sekalipun. Apalagi kalau masih muda, namun terkadang ada rasa ngeyel lantaran ia menganggap bahwa sudah mendapatkan ilmu yang lebih baik.
Jangan sampai dipertemukan dengan orang salah, karena rasa penasaran seorang pemuda harus dijawab dengan baik dan benar. Karena kalau diajarkan kesalahan, jelas itu malah akan menyesatkan orang tersebut.
Seorang pemudi yang lama sekolah di luar negeri kembali ke tanah air. Sesampainya di rumah, ia meminta orang tuanya untuk mencari seorang guru agama, kyai atau siapa saja yang bisa menjawab pertanyaannya. Akhirnya orang tua pemudi itu mendapatkan orang tersebut, seorang kiyai.
Pemudi: "Anda siapa, bisakah menjawab pertanyaan saya?"
Kyai: "Saya hamba Allah, dengan izin-Nya saya menjawab pertanyaan Anda."
Pemudi: "Anda yakin? Sedangkan Profesor dan banyak orang yang pintar tidak mampu menjawab pertanyaan saya."
Kyai: "Saya mencoba sejauh kemampuan saya."
Pemudi: "Saya ada 3 pertanyaan: (1) Kalau memang Tuhan ada, tunjukkan wujud Tuhan kepada saya. (2) Apakah yang dinamakan takdir? (3) Kalau setan diciptakan dari api, kenapa ia dimasukkan ke dalam neraka yang dibuat dari api? tentu ini tidak menyakitkan. Sebab mereka memiliki unsur yang sama. Apakah Tuhan tidak pernah berfikir sejauh itu?"
Tiba-tiba sang Kyai menampar pipi pemudi tadi dengan keras.
Pemudi: "Kenapa Anda marah dengan saya?" (sambil menahan rasa sakit)
Kyai: "Saya tidak marah. Tamparan itu adalah jawaban saya atas 3 pertanyaan yang Anda ajukan kepada saya."
Pemudi: "Saya sungguh tidak mengerti."
Kyai: "Bagaimana rasanya tamparan saya?"
Pemudi: "Tentu saja saya merasakan sakit."
Kyai: "Jadi Anda percaya bahwa sakit itu ada?"
Pemudi: "Iya."
Kyai: "Tunjukkan kepada saya wujud sakit itu?"
Pemudi: "Saya tidak bisa."
Kyai: "Itulah jawaban dari pertanyaan pertama. Kita semua merasakan kewujudan Tuhan tanpa mempu melihat wujudnya."
Kyai: "Apakah tadi malam Anda bermimpi akan ditampar oleh saya?"
Pemudi: "Tidak."
Kyai: "Apakah pernah terfikir oleh Anda akan menerima tamparan dari saya hari ini?"
Pemudi: "Tidak."
Kyai: "Itulah yang dinamakan takdir."
Kyai: "Terbuat dari apa tangan yang saya gunakan untuk menampar Anda?"
Pemudi: "Kulit."
Kyai: "Terbuat dari pipi Anda?"
Pemudi: "Kulit."
Kyai: "Bagaimana rasanya tamparan saya?"
Pemudi: "Sakit."
Kyai: "Walaupun setan diciptakan dari api dan neraka juga terbuat dari api, jika Tuhan menghendaki, maka neraka menjadi tempat yang menyakitkan untuk setan."
Sumber Kisah:
Diambil dari Buku Berjudul Ketika Malaikat Tak Bersayap Karya Anas Al-Hazimi