6J2ltANIvHg90BMqkYINyuFLQgimMLFexOSJZtDW

Viral, Pria Menangis Sambil Menawarkan Blender di Pinggir Jalan, Sudah 3 Bulan Tak Ada Penghasilan, saat Ditanya Harga: 'Seikhlasnya Asal Bisa Makan'


Meski bantuan pemerintah terus mengalir ke berbagai daerah, akan tetapi masih kurang strategis dan efektif penyebarannya. Hal itu dikarenakan data yang tidak sinkron antara pemerintah pusat dengan yang ada di desa.

Belum lagi ada beberapa praktik yang mungkin dilakukan oleh pemerintah desa sehingga mereka yang seharusnya mendapatkan juga tidak bisa mendapat bantuan meski kepepet.

Sehingga memaksa beberapa orang melakukan berbagai macam usaha demi mempertahankan hidup. Seperti sosok pria ini misalnya.

Sebuah video pilu viral di media sosial Facebook.

Dalam video itu terlihat seorang pria berjalan kaki sambil menawarkan sebuah blender.

Video itu diunggah pemilik akun Facebook, Dendy Ardiyan P pada Rabu (20/5/2020).

Terlihat dalam video itu, pria yang menegnakan masker tersebut terlihat menangis saat menawarkan blender ke pengendara.

Ia mengaku mejual blender untuk bisa makan.

"Untuk makan, untuk anak istri saya makan," katanya sambil menangis seperti terekam dalam video tersebut.

Tak lama kemudian terlihat seorang pejalan kaki menghampirinya dan menanyakan harga blender tersebut.

Ia lantas menjawab seikhlasnya asal bisa makan.

Pejalan kaki tersebut lantas memberikan uang Rp 100.000.

Namun, pejalan kaki itu tak mengambil blendernya dan meminta pria tersebut agar menyimpannya.

Mendengar hal itu, pria penjual blender itu pun kembali menangis.

Dilansir dari Kompas.com, pria penjual blender itu diketahui bernama Sujono (40), warga Desa Pojok Sari, Kabupaten Magetan.

Sujono terpaksa menjual blender bekas itu di pinggir Jalan Raya Magetan-Maopati karena tak lagi punya uang buat beli beras.

Sebelumnya Sujono merupakan penjual pentol keliling di kawasan Pondok Pesantren Al Fatah Temboro Magetan.

Hanya saja sudah 3 bulan ini ia tak bisa jualan.

Kawasan tempatnya biasa menjajakan pentol kini ditutup karena menjadi salah satu klaster penyaberan virus corona baru atau Covid-19.

"Sudah tidak mempunyai uang untuk beli beras. Barang yang bisa dijual ya hanya blender," kata Sujono saat ditemui di rumahnya, Rabu (20/5/2020).

Di rumah itu, Sujono tinggal bersama istri, anak, dan juga sang ibunda.

Sukoco kini mengumpulkan kayu untuk mencari uang.

Rumah yang dihuni Sujono dan keluarga juga merupakan milik sang ibunda.

Setelah kawasan Ponpes Al Fatah Temboro ditutup, Sujono beralih profesi sebagai pengumpul kayu bakar.

Ia dan istrinya mengumpulkan kayu dan bambu kering.

Mereka bisa mendapatkan dua ikat kayu bakar yang dijual keliling kampung jika sedang untung.

"Kadang laku Rp 10.000 kadang hanya Rp 5.000. Kalau dari pagi hujan, maka kami tidak mempunyai penghasilan," katanya.

Tak hanya menghidupi anak dan istri, Sujono juga merawat ibunya yang menderita diabetes.

Meski tergolong kurang mampu, Sujono mengaku belum mendapatkan bantuan dari pemerintah.
Related Posts

Related Posts

Post a Comment