Mungkin kita sebagai manusia biasa saja penuh keluh kesah, padahal sudah mendapatkan pekerjaan yang pasti, penghasilan tetap dan mencukupi kebutuhan. Akan tetapi kita tidak boleh demikian, dikarenakan masih banyak orang menderita dan harus belajar dari mereka kalangan yang tanpa pamrih dalam melakukan kebaikan.
Sahabat, jika kita merasa bahwa dunia ini dipenuhi banyak kejahatan dan hal-hal mengerikan, maka kita hanya perlu membuka mata dan hati kita lebih lebar. Sungguh masih banyak kebaikan bertebaran di luar sana, di sudut-sudut ruas jalan kota Surabaya, salah satunya.
Adalah Abdul Sukur, lebih dikenal sebagai Mbah Dul, kakek tua yang sehari-hari menafkahi dirinya sebagai penarik becak. Kesulitan ekonomi yang menimpanya sama sekali tidak mengurangi kebaikan hatinya. Di usianya yang sudah senja, ia bertekad membuat kebaikan sebanyak-banyaknya. Karena tak memiliki banyak harta, bahkan terbilang kekurangan, maka ia menyedekahkan tenaganya.
Selama kurang lebih 10 tahun, setiap malam Mbah Dul berinisiatif menambal jalan berlubang yang ditemuinya.

Referensi pihak ketiga
Setelah seharian mengais rezeki, menjelang malam saat arus lalu lintas mulai sepi ia akan menyusuri jalan-jalan untuk mencari lubang-lubang yang mengganggu pengguna jalan.
Setelah mengetahui jalan mana saja yang memerlukan perbaikan, kakek berumur 65 tahun ini kemudian mencari bongkahan aspal bekas ataupun batu kerikil di sekitar Jalan Tambak Adi dan Pasar Atom. Ia pun melengkapi diri dengan palu berukuran sedang guna memecah bongkahan aspal bekas tersebut.
Dalam sekali angkut, Pak Dul bisa membawa 3 kuintal aspal menggunakan becaknya. Untuk meratakan agar sama dengan jalanan, Pak Dul kemudian menempanya hingga datar.

Referensi pihak ketiga
Kisah Mbah Dul, mulai menyeruak di tengah masyarakat setelah salah seorang pengguna akun Facebook mengunggah kisahnya.
Saat itu Himan Utomo tengah menunggu sang istri di sekitar tempat Mbah Dul meratakan tanah. Himan mengira Mbah Dul adalah salah satu pekerja dari dinas kota, tentu ia heran melihat fasilitas super sederhana yang dibawa Mbah Dul.
Saat itu Mbah Dul menegaskan bahwa ia hanyalah tukang becak biasa. Jawaban ini, membuat Himan semakin keheranan. Himan kemudian bertanya tentang siapa yang menyuruh Mbah Dul dan digaji berapa. Namun sekali lagi jawaban Mbah Dul mengejutkan Himan.
“Saya tidak kerja sama siapa-siapa dan tidak digaji siapa-siapa,” ucapnya.
Mbah Dul juga mengatakan bahwa apa yang dilakukannya adalah bentuk kepedulian sebagai warga Surabaya, dan ia meniatkan segala yang dilakukannya itu sebagai ibadah.
Hal ini tentu membuat Himan takjub sekaligus haru.

Referensi pihak ketiga
Sahabat, tenyata banyak bentuk kebaikan yang bisa disesuaikan dengan kemampuan kita masing-masing. Kita hanya perlu niat yang kuat dan ketulusan hati untuk melakukannya.
Mbah Dul bukan satu-satunya, kita bisa menjadi Mbah Dul-Mbah Dul baru dengan beragam versi kebaikan yang mampu kita berbuat.
Semoga potret nyata ini, bisa menjadi hikmah berharga bagi saya pribadi dan juga sahabat sekalian!
Referensi pihak ketiga
Sumber Referensi:
Merdeka.com