
Pada dasarnya minuman keras saja sudah tidak diperbolehkan, karena memang awalnya akan berdampak halu yang menenangkan bagi tubuh, tapi menghilangkan akalnya.
Dan kalau dalam waktu lama tentu akan berdampak buruk terhadap kesehatan. Belum lagi kalau ada campuran bahan berbahaya lain, jelas akan mempercepat efek buruknya yang berujung maut.
Seorang pemuda di Desa Kamawakan, Kecamatan Loksado, Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS), Kalimantan Selatan, tewas lantaran mencampuri miras oplosan mereka dengan disinfektan .
Sedangkan satu orang pemuda lainnya hingga saat ini dalam keadaan krits di rumah sakit.
Korban sempat koma dan dirawat di RS H Hasan Basry, Kota Kandangan, Kabupaten HSS, Rabu (20/5/2020).
Namun kemudian, mengembuskan napas terakhirnya sekitar pukul 22.00 Wita.
Informasi yang diperoleh banjarmasinpost.co.id, Kamis (21/5/2020), korban kritis yang meninggal tersebut adalah Kurdi (20).
Sedangkan satu orang lagi, Rinto, masih kritis dan masih dirawat di RS H Hasan Basry.

Kepala Desa Kamawakan, Ardani, kepada Banjarmasinpost.co.id, menginformasikan, jenazah korban diantar pihak rumah sakit, Kamis (21/5/2020) subuh, menggunakan ambulans.
Tiba pukul 06.00 Wita tiba di rumah duka, Desa Kamawakan.
Menurut Kades, untuk membawa jenazah ke Kamawakan, terpaksa menggunakan jasa ojek karena akses jalan ke desa itu hanya bisa dilewati kendaraan roda dua, dengan kondisi jalan cor beton dan sempit.
“Sekitar 40 menit, dibawa pakai ojek, baru sampai,” kata Kades.
Jarak dari Loksado ke Kamawakan sendiri sekitar delapan kilometer.
Menurut Kades, jenazah sudah dimakamkan, dan pihak keluarga pun sudah mengikhlaskan kepergian korban.
Kasus meninggalnya dua orang warga akibat meminum oplosan, minuman suplemen dicampur cairan disinfektan untuk pembasmi virus corona atau Covid-19 dan alkohol, menurut Kades, menjadi pelajaran bagi masyarakat di Kecamatan Loksado, khususnya para anak muda di desa.
“Kami sudah sampaikan ke masyarakat agar jangan pernah meniru para korban yang mencoba-coba mengoplos minuman dengan alkohol apalagi disinfektan. Karena disinfektan itu ng fungsinya untuk membunuh virus juga,” kata Kades.
Atas nama pemerintahan desa, Ardani juga menyatakan menimbau para orangtua, agar mengawasi anak-anak mereka.
Apalagi musim wabah corona yang membuat anak-anak dan remaja, diimbau agar di rumah saja dan tidak kumpul-kumpul dengan teman-teman.
Telah diberitakan sebelumnya, empat remaja di Desa Kamawakan, Kecamatan Loksado, Kabupaten HSS. menderita mules-mules, setelah melaksanakan reunian.
Mereka diketahui mengonsumsi minuman suplemen, dicampur cairan disinfektan yang sudah bercampur alkohol.
Empat orang tersebut, Junet (18) meninggal dunia di rumah temanya Rinto. Sedangkan Kurdi dan Rinto kritis, setelah sempat dirawat di Puskesmas Loksado lalu dirujuk ke RS H Hasan Basry Kota Kandangan. Satu orang lagi, Anta (20), kembali sehat dan diizinkan pulan ke rumah.
Mengenai kronologis kejadian, menurut Ardani, berawal saat korban Junet yang pulang kampung ke Kamawakan, mengajak teman-temannya bertemu untuk reunian.
Mereka pun kemudian minum minuman suplemen dan mencampurnya dengan cairan disinfektan merk V-Clen dan alkohol yang terdapat di kantor desa.
Dijelaskan, cairan itu sebenarnya tersedia di kantor desa untuk penyemprotan, sehubungan dengan pencegahan virus corona atau Covid-19. “Aparat kami tidak ada yang tahu, kalau mereka mencampurnya untuk diminum,” ungkap Kades.
Setelah meminum oplosan tersebut, kata Kades, empat remaja itu pulang ke rumah masing-masing. Hingga kemudian, Junet minta antar salah satu temannya, Agus, ke rumah Rinto. Di rumah Rinto, mereka ngobrol.
“Saat ngobrol, Junet merasakan perutnya mules, lalu langsung ambruk dan meninggal dunia,” kata Kades.
Kondisi perut mules juga dialami tiga orang lainnya yang ikut minum oplosan dan dibawa warga ke Puskesmas Loksado.
Perkembangan Kurdi dan Rinto memburuk, segera dibawa ke RS H Hasan Basry. Untuk Kurdi, nyawanya tak tertolong. Sedangkan Rinto masih kritis.
(Banjarmasinpost.co/Hanani)